Suatu Seni buat Berlagak Bodo Amat pantas memperoleh pengakuan bagaikan salah satu novel self- help terbaik. Dia menolong kita bukan dengan memotivasi buat berpikir positif ataupun berlagak optimistis, melainkan memandang diri serta kejadian di dekat kita seutuhnya, secara realistis.
Realistis di mari berarti, semacam kata Manson, menerima kalau sebagian penderitaan memanglah mustahil buat dihindari. Serta, kala dapat“ aman” dengan hal- hal kurang baik yang bisa jadi terjalin, kita tidak terkalahkan pada tingkat spiritual yang sangat dasar. Manson mengajak kita buat paham batasan- batasan diri serta menerimanya. Bagi Manson, inilah sumber kekuatan yang sangat nyata.
“ Inilah novel yang membuat Kamu bergerak secara ringan tidak hirau seberapa berat beban Kamu, istirahat dengan lebih gampang ditemani ketakutan terbanyak Kamu, menertawakan air mata Kamu yang dikala tumpah, bercucuran,” tulis Manson.
Tetapi, bisa jadi, semacam banyak pembaca lain, Kamu bingung: kenapa kita mesti berlagak masa bodoh? Sehabis membaca novel ini kita ketahui, yang diartikan Manson merupakan berartinya memilah hal- hal tertentu buat kita pedulikan serta buat tidak kita pedulikan. Ini tentang memilah nilai- nilai yang mau serta rela kita perjuangkan.
Manson menarangkan 3“ seni” tentang apa yang dimaksudkannya dengan masa bodoh. Awal, masa bodoh bukan berarti jadi acuh tidak acuh; masa bodoh berarti aman dikala jadi berbeda. Kedua, buat dapat berkata“ bodo amat” pada kesusahan, pertama- tama Kamu wajib hirau terhadap suatu yang jauh lebih berarti dari kesusahan. Ketiga, entah disadari maupun tidak, Kamu senantiasa memilah sesuatu perihal buat dicermati.
Manson merupakan pencerita yang baik serta pemilih cerita yang ampuh. Dia membagi novel Suatu Seni buat Berlagak Bodo Amat jadi 9 bab. Ide- ide pokoknya tegas. Style penulisannya lugas, humoris, serta sarkastis.
Manson pula memilah ilustrasi- ilustrasi yang terasa pas buat mengantar kita hingga pada gagasannya. Dia berkisah, misalnya, tentang Letnan Onoda dari Jepang yang bergerilya di pulau kecil di Filipina sepanjang nyaris 30 tahun, Dave Mustaine yang didepak dari Metallica serta“ membalas dendam” dengan membuat bandnya sendiri, ataupun Picasso yang berikan harga tidak masuk ide buat selembar tisu yang digambarnya di suatu kedai. Seluruh menuntun kita pada pelajaran- pelajaran yang berarti.
Terdapat satu bab menarik dalam novel ini, bagian tentang kematian. Manson memulainya dengan cerita traumatis, kala teman- temannya tewas sebab terjun dari tebing. Poin bab ini terletak pada perlunya keberanian serta keterbukaan buat mengalami realitas menimpa kematian kita sendiri. Bukan cuma sebab kematian tidak terelakkan, namun paling utama sebab seluruh pengalaman serta hal- hal di dalam hidup cuma hendak jadi bermakna sebab sesuatu hari kita hendak mati. Jadi, hiduplah sehidup- hidupnya serta rengkuhlah kematian bagaikan bagian dari hidup.
